"Makanan apa ini?? ah gak enak ,,,let's move,,,pindah ke resto yg lain" , Sebegitu tak terimanya pemuda itu dgn makanan yg kelewat asin dikit, sampai2 makanan yg harganya setara 10kg beras paling enak itu terbiarkan melongo melihat pemuda itu enyah dr lahap santapnya. hmmmm bro n sist perlukah sampai sebegitunya ketika kita dihadapkan pd kondisi yg sama???
padahal kalo kita coba tengok saudara kta yg terkapar dalam terik panas, antri di rentetan pengungsi, tergerus rasa lapar yg seminggu tak melihat nasi, yg bagi mereka membayangkan bentuk nasi aja sulit, mungkin sesulit perhitungan genetik di mata kuliah yg aku harus dalami sampai 2 kali ini, yupz genetika huhuu* wooo malah curcol,,,wkwkwkwk
oke bro n sist...kalo boleh aku katakan mungkin pemuda yg tadi itu, yg dgn sengajanya membuang makanan itu, yg aku sendiri pengen nendang itu, belum pernah menyitir atau malah mungkin menyentuh tulisan ttg konsep nikmat, nikmat yg tak terkira dalam kehidupan ini, dan dalam pikiran jelekku, mungkin dalam pikiran jelek bro n sist semua pemuda ini tak pernah melafadz ayat "fabiayyi alai robikuma tukadziban" hmm nikmat mana lagi yg kau dustakan?? sungguh ingin ku lempar pemuda itu, ku tendang dengan pinjaman kaki bambang pamungkas, ku tinju dgn pinjaman tangan mike tyson, dan ku tabrak pakai motor GP pinjaman dr Valentino Rossy, biar dia melesat, terlempar jauh sampai ke negara etiopia sana, biar dia merasakan sengatnya terik surya, dgn perut kosong melompong, tenggorokan kering kerontang dan tubuh yg lunglai bahkan terasa berat hanya utk sekedar menyangga kepala,,,heerrrrr hozz hozz
bro n sist,,,,mari kita berfikir 5 menit saja, makanan apa saja yg tak pernah memuaskan nafsu ku, nafsumu dan nafsu bro n sist semua?? tiap hari kita masih melihat nasi, melahap hangatnya kudapan, menyicip pedasnya sambal terasi khas pesisir utara, menikmat tetesan juz dan buah segar yg tak hentinya membasahi tenggorokan kita....nikmat bro, mantap sist,,,!!! tapi itu semua tak pernah dirasa oleh saudara kita yg ada diseberang sana, yg mereka hanya bernafas utk memperpanjang hidup, tak terfikir lg nikmatnya itu semua karena mereka memang sduah tak mampu membayang itu semua, sulit bro,,,tak mudah sist bagi mereka ,,,,sweer aku berani bertaruh rumah tetanggaku,,lhoh!!
bro n sist,,,,tak habis kalo kita hanya membayang dan memikir itu semua, okelah saatnya kita kembalikan ke hati kita masing2,,,hatiku, hatimu, dan hati bro n sist semua, mari kita mensyukui apa yg telah diberikan oleh Tuhan, semua ini adalah nikmat, walo sebutir nasi yg aku, kamu dan kalian semua jumpai hari ini, tp itulah nikmt, itulah rizki, itu lah anugrah Tuhan yg kita tak mampu membuatnya, karena kita hanya mampu menemukannya. mari kita bersyukur bersama, minimal ucaplah kata syukur dan berucap "alhamdulillah 'ala kulli nikmat"....
bro n sist,,,semoga Tuhan tak menghentikan nikmatnya padaku, padamu dan pada bro n sist semua, karena fatal kuadrat akibatnya kalau itu sempat Tuhan lakukan,,,,
renungkan saja"fabiayyi alai rabbikuma tukadziban".....itu tanya Allah padaku, padamu, dan pada bro n sist semua.
2 jumadil awal
kang mishbah
faperta, kampus hijau, kataku
Senin, 13 Juni 2011
sakit itu nikmat
SAKIT. yupz, sakit selalu kita erang-erang kan sebagai sebuah ketidak adilan Tuhan terhadap diri kita. Kadang, mungkin sering, kita menganggap sakit sebagai cobaan yg maha berat, maha dahsyat, dan maha-maha mengerikan utk kita jalani. kalo di fikir-fikir iya juga sih,,,,tapi, tapi nih ya, coba deh renungkan sejenak, eh kelamaan kalo harus sejenak, coba renungkan semenit aja, he'em semenit aja ttg nikmat sakit yg GAK slalu di berikan Allah pada kita:-)
Tau nikmatnya sakit???
sadar kenapa Tuhan mencipta sakit??
atau bahkan kita gak terima kenapa Tuhan yg maha berkehendak meng-iya-kan sakit pd tbuh kita??
heemmm, sulit ya meng-eja nikmat Tuhan, padahal Tuhan gak pernah mikir lho ketika memberikan nikmatNya pada kita. Oleh karena itu bro n sist kita kadang perlu sesekali menundukkan kepala, membaca keadaan diri kita, menerawang kehebatan sang pencipta atas diri kita, dan yg paling perlu juga slalu inget kita dikendalkan oleh dzat yg maha bijaksana, yg sudah faham NASIB kita, yg tak mungkin menjerumuskan kita, yg kita sendiri kadang tak mampu memahami kebijakan2nya. Yah, namanya juga kita, manusia :-D
Bro,,,sist,,, nikmati aja ya akan ketetapan Tuhan, rencana2 Tuhan, skenario2 Tuhan, dan perjalanan kita yg dikendalikan oleh Tuhan, lagian kita gak bayar kok kalo hanya utk bersyukur dan menikmati prosesNya. Tuhan gak pernah pasang tarif oksigen per sedotan hidung kita, Tuhan gak pernah minta tagihan air yg kita gunakan utk membasahi selasar tenggorokan kita, dan Tuhan pun dengan senangnya membiarkan kita merusak fasilitas2 super ekslusif ini.
Sulit ya mas bro dan mbak sist ??? hemm kl masih sulit gampang deh, sekarang ambil aja tu jepitan jemuran, taruh kehidung kita slama 15 menit aja, atao mulai sekarang gak usah deh yg namanya minum air, atau dari detik ini pejamkan deh mata bro n sist semua, ntar juga bro n sist tau betapa maha besar hebatnya nikmat yg Tuhan berikan pada kita, kalau masih belum bisa, itu kabar buruk bagi aku, kamu, dan kalian bro n sist,,,yah karena selama ini bro n sist telah meletakkan batu yg amat sangat maha dahsyat kerasnya didalam tubuh , dironngga dada pas nya, tepat skali bro n sist,,,,batu keras itu sering kita sebut HATI
Semoga menjadi pefikir akan semua batu2 yg aku, kamu dan kalian mungkin telah lama menggendongnya, NA'UDZUBILLAH
faperta, kampus ijo, kataku.
29 MARET 2011
AKU, kang Mishbah
Tau nikmatnya sakit???
sadar kenapa Tuhan mencipta sakit??
atau bahkan kita gak terima kenapa Tuhan yg maha berkehendak meng-iya-kan sakit pd tbuh kita??
heemmm, sulit ya meng-eja nikmat Tuhan, padahal Tuhan gak pernah mikir lho ketika memberikan nikmatNya pada kita. Oleh karena itu bro n sist kita kadang perlu sesekali menundukkan kepala, membaca keadaan diri kita, menerawang kehebatan sang pencipta atas diri kita, dan yg paling perlu juga slalu inget kita dikendalkan oleh dzat yg maha bijaksana, yg sudah faham NASIB kita, yg tak mungkin menjerumuskan kita, yg kita sendiri kadang tak mampu memahami kebijakan2nya. Yah, namanya juga kita, manusia :-D
Bro,,,sist,,, nikmati aja ya akan ketetapan Tuhan, rencana2 Tuhan, skenario2 Tuhan, dan perjalanan kita yg dikendalikan oleh Tuhan, lagian kita gak bayar kok kalo hanya utk bersyukur dan menikmati prosesNya. Tuhan gak pernah pasang tarif oksigen per sedotan hidung kita, Tuhan gak pernah minta tagihan air yg kita gunakan utk membasahi selasar tenggorokan kita, dan Tuhan pun dengan senangnya membiarkan kita merusak fasilitas2 super ekslusif ini.
Sulit ya mas bro dan mbak sist ??? hemm kl masih sulit gampang deh, sekarang ambil aja tu jepitan jemuran, taruh kehidung kita slama 15 menit aja, atao mulai sekarang gak usah deh yg namanya minum air, atau dari detik ini pejamkan deh mata bro n sist semua, ntar juga bro n sist tau betapa maha besar hebatnya nikmat yg Tuhan berikan pada kita, kalau masih belum bisa, itu kabar buruk bagi aku, kamu, dan kalian bro n sist,,,yah karena selama ini bro n sist telah meletakkan batu yg amat sangat maha dahsyat kerasnya didalam tubuh , dironngga dada pas nya, tepat skali bro n sist,,,,batu keras itu sering kita sebut HATI
Semoga menjadi pefikir akan semua batu2 yg aku, kamu dan kalian mungkin telah lama menggendongnya, NA'UDZUBILLAH
faperta, kampus ijo, kataku.
29 MARET 2011
AKU, kang Mishbah
Senin, 03 Januari 2011
"Hidup itu bagaimana kita berani menghadapi resiko”, itulah wejangan dari seorang renta yang mungkin sekarang sangat bangga dengan keadaan anaknya, dialah ibu saya. Berbicara mengenai keberanian berarti mengesampingkan rasa takut, takut menghadapi keadaan, takut bermimpi, bahkan takut kalau sebenarnya kita benar-benar hidup.
Dalam persepsi saya berani bukan semata-mata nekat, akan tetapi berani adalah sikap yang kita ambil ketika kita tahu resiko apa yang akan kita hadapi. Sama halnya dengan pencapaian hidup yang telah saya jalani beberapa tahun terakhir ini.
tiga tahun yang lalu saya didaulat untuk menghadapi sebuah keputusan yang benar-benar membutuhkan keberanian. Saat itu, ketika rasa takut masih menutupi pemikiran, saya harus mengambil keputusan untuk melanjutkan study tanpa dukungan finansial yg cukup dari orang tua atau tetap menetap di rumah, membantu orang tua bekerja, dan menjadi manusia biasa yang akan menjalani hidup dengan penuh kebiasaan.
Ketika itu di dalam sesaat saya berfikir, apa jadinya kalau saya tidak berani memutus rantai ketakutan yang masih melingkar di pemikiran keluarga saya. Akhirnya saya putuskan untuk berfikir di luar kotak, saya harus melanjutkan study ke jenjang yang lebih tinggi. Bismillah saya beranikan diri minta restu oran tua, saya berjanji kepada orang tua kalau saya akan menjadi manusia yang patut mereka banggakan, walaupun saat itu saya tidak punya uang untuk sekedar membeli ongkos naik bus kelas ekonomi saja. Lagi-lagi dengan keyakinan dan keberanian saya berangkat ke Jogjakarta dengan menumpang truk yang mengangkut garam.
Tuhan ternyata tidak menyediakan makan siang gratis, Tuhan perlu tahu keberanian kita untuk mencari makan, cukup logis dan sedikit filosofis. Saat ini, saat saya menuruti keberanian untuk memutus rantai ketakutan, saya bisa melanjutkan study di universitas yang sangat terkenal di Indonesia, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta atau UGM sapaan akrabnya.
Kabar baiknya saya bisa belajar disini, di UGM, dengan tanpa mengeluarkan uang serupiahpun karena saya mendapatkan beasiswa full study selama delapan semester. Sebuah pencapaian yang cukup membanggakan untuk saat ini. Namun dibalik kebahagian ini saya harus rela tinggal di mushola selama satu tahun dan jalan kaki 4 km tiap harinya untuk sampai di kampus.
Hidup tidak untuk disesali, akan tetapi untuk dihadapi. Pencapaian-pencapaian luar biasa dalam perjalanan hidup mulai terlihat. Belum genap satu semester belajar di UGM saya berhasil menyabet juara I (satu) Agroindustrial Bussiness Plan Competition tingkat nasional yang diadakan oleh Institut Pertanian Bogor. Selang dua bulan, tepatnya bulan Februari 2009 saya berhasil menjadi juara kedua Challanges on Developing Entrepreneurship, sebuah kompetisi merancang sebuah usaha tingkat Jateng-DIY.
Di bulan yang sama, DIKTI memberikan dana hibah penelitian dan kewirausahaan untuk dikembangkan menjadi sebuah usaha. Lima bulan kemudian saya berhasil menjadi bagian 50 mahasiswa yang terpilih untuk mengikuti i-STEP (intensive-Student Technopreneur Program) 2009 yaitu pelatihan technopreneur selama setengah bulan yang diadakan oleh The Lemelson Foundatiaon dari Amerika Serikat kerjasama dgn IPB. Belum berhenti disini, sebulan kemudian, saya berhasil menjadi juara satu LITM (Lomba Inovasi Teknologi Mahasiswa) yang di adakan oleh Kementerian Pendidikan,Pemuda dan Olah Raga Republik Indonesia. Ditambah lagi, dua bulan yang lalu saya menjadi juara satu Bussiness Plan Competition dalam rangka Agritech Fair 2010.
Ternyata Allah masih punya sederet rencana indah untuk saya. Awal2 bulan februari saya berhasil mencoret salah satu daftar impian dlm dream book saya, krn saya berhasil berbincang langsung dgn Bapak Menteri Koperasi dan Bapak Menteri Kelautan Republik Indonesia, sungguh sangat tak terfikir sebelumnya.
Perjalanan belum berhenti disini, Juli 2010 saya bersama tim alhamdulillah bisa lolos PIMNAS 2010, kebetulan acara ini di adakan di Universitas Mahasaraswati Bali, satu pulau yg blm pernah sy kunjungi sebelumnya. kami, sy dgn tim berjuang habis-habisan dan hasilnya pun cukup memuaskan, kami berhasil meraih Medali Perunggu. malam itu, saya naik panggung kehormatan, disematkanlah medali perunggu di leher, piala berhasil terdekap ke pelukan dan malam itu jg saya berhail berjabat dgn Dirjen DIKTI bersama juara2 lain diatas panggung dan disaksikan ribuan pasang mata. sebulan setelah ini, saya mendapat anugrah gelar Masiswa berprestasi UGM 2010 bidang kewirausahaan, lagi2 syahadah kehormatan di berikan langsung oleh Prof. Sudjarwadi, Rektor UGM subhanallah...
Seiring berjalannya masa saya sadar bahwa langkah-langkah ini sudah cukup jauh, banyak hal yang telah saya lakukan. Menilik latar belakang kehidupan sebelumnya, sungguh tidak mempunyai gambaran untuk menjadi seperti ini. Semua seperti serangkaian rahasia Tuhan yang disiapkan agar saya berani memecahkannya.
Dulu, saya yang hanya bisa menjejali pemikiran orang tua, sekarang bisa membuat mereka tersenyum. Kalaupun senyuman mereka bukan karena finansial yang saya miliki, minimal mereka tersenyum karena saya, anak mereka, berani berfikir di luar kotak, berani memutus rantai ketakutan dalam keluarga, dan yang paling penting dari sedikit perjalanan hidup saya ini adalah bisa menjalankan wejangan wanita yang telah melahirkan saya,”Hidup itu bagaimana kita berani menghadapi resiko”.
klebengan, akhir tahun, 30 des 2010
aku, kang Mishbah
Dalam persepsi saya berani bukan semata-mata nekat, akan tetapi berani adalah sikap yang kita ambil ketika kita tahu resiko apa yang akan kita hadapi. Sama halnya dengan pencapaian hidup yang telah saya jalani beberapa tahun terakhir ini.
tiga tahun yang lalu saya didaulat untuk menghadapi sebuah keputusan yang benar-benar membutuhkan keberanian. Saat itu, ketika rasa takut masih menutupi pemikiran, saya harus mengambil keputusan untuk melanjutkan study tanpa dukungan finansial yg cukup dari orang tua atau tetap menetap di rumah, membantu orang tua bekerja, dan menjadi manusia biasa yang akan menjalani hidup dengan penuh kebiasaan.
Ketika itu di dalam sesaat saya berfikir, apa jadinya kalau saya tidak berani memutus rantai ketakutan yang masih melingkar di pemikiran keluarga saya. Akhirnya saya putuskan untuk berfikir di luar kotak, saya harus melanjutkan study ke jenjang yang lebih tinggi. Bismillah saya beranikan diri minta restu oran tua, saya berjanji kepada orang tua kalau saya akan menjadi manusia yang patut mereka banggakan, walaupun saat itu saya tidak punya uang untuk sekedar membeli ongkos naik bus kelas ekonomi saja. Lagi-lagi dengan keyakinan dan keberanian saya berangkat ke Jogjakarta dengan menumpang truk yang mengangkut garam.
Tuhan ternyata tidak menyediakan makan siang gratis, Tuhan perlu tahu keberanian kita untuk mencari makan, cukup logis dan sedikit filosofis. Saat ini, saat saya menuruti keberanian untuk memutus rantai ketakutan, saya bisa melanjutkan study di universitas yang sangat terkenal di Indonesia, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta atau UGM sapaan akrabnya.
Kabar baiknya saya bisa belajar disini, di UGM, dengan tanpa mengeluarkan uang serupiahpun karena saya mendapatkan beasiswa full study selama delapan semester. Sebuah pencapaian yang cukup membanggakan untuk saat ini. Namun dibalik kebahagian ini saya harus rela tinggal di mushola selama satu tahun dan jalan kaki 4 km tiap harinya untuk sampai di kampus.
Hidup tidak untuk disesali, akan tetapi untuk dihadapi. Pencapaian-pencapaian luar biasa dalam perjalanan hidup mulai terlihat. Belum genap satu semester belajar di UGM saya berhasil menyabet juara I (satu) Agroindustrial Bussiness Plan Competition tingkat nasional yang diadakan oleh Institut Pertanian Bogor. Selang dua bulan, tepatnya bulan Februari 2009 saya berhasil menjadi juara kedua Challanges on Developing Entrepreneurship, sebuah kompetisi merancang sebuah usaha tingkat Jateng-DIY.
Di bulan yang sama, DIKTI memberikan dana hibah penelitian dan kewirausahaan untuk dikembangkan menjadi sebuah usaha. Lima bulan kemudian saya berhasil menjadi bagian 50 mahasiswa yang terpilih untuk mengikuti i-STEP (intensive-Student Technopreneur Program) 2009 yaitu pelatihan technopreneur selama setengah bulan yang diadakan oleh The Lemelson Foundatiaon dari Amerika Serikat kerjasama dgn IPB. Belum berhenti disini, sebulan kemudian, saya berhasil menjadi juara satu LITM (Lomba Inovasi Teknologi Mahasiswa) yang di adakan oleh Kementerian Pendidikan,Pemuda dan Olah Raga Republik Indonesia. Ditambah lagi, dua bulan yang lalu saya menjadi juara satu Bussiness Plan Competition dalam rangka Agritech Fair 2010.
Ternyata Allah masih punya sederet rencana indah untuk saya. Awal2 bulan februari saya berhasil mencoret salah satu daftar impian dlm dream book saya, krn saya berhasil berbincang langsung dgn Bapak Menteri Koperasi dan Bapak Menteri Kelautan Republik Indonesia, sungguh sangat tak terfikir sebelumnya.
Perjalanan belum berhenti disini, Juli 2010 saya bersama tim alhamdulillah bisa lolos PIMNAS 2010, kebetulan acara ini di adakan di Universitas Mahasaraswati Bali, satu pulau yg blm pernah sy kunjungi sebelumnya. kami, sy dgn tim berjuang habis-habisan dan hasilnya pun cukup memuaskan, kami berhasil meraih Medali Perunggu. malam itu, saya naik panggung kehormatan, disematkanlah medali perunggu di leher, piala berhasil terdekap ke pelukan dan malam itu jg saya berhail berjabat dgn Dirjen DIKTI bersama juara2 lain diatas panggung dan disaksikan ribuan pasang mata. sebulan setelah ini, saya mendapat anugrah gelar Masiswa berprestasi UGM 2010 bidang kewirausahaan, lagi2 syahadah kehormatan di berikan langsung oleh Prof. Sudjarwadi, Rektor UGM subhanallah...
Seiring berjalannya masa saya sadar bahwa langkah-langkah ini sudah cukup jauh, banyak hal yang telah saya lakukan. Menilik latar belakang kehidupan sebelumnya, sungguh tidak mempunyai gambaran untuk menjadi seperti ini. Semua seperti serangkaian rahasia Tuhan yang disiapkan agar saya berani memecahkannya.
Dulu, saya yang hanya bisa menjejali pemikiran orang tua, sekarang bisa membuat mereka tersenyum. Kalaupun senyuman mereka bukan karena finansial yang saya miliki, minimal mereka tersenyum karena saya, anak mereka, berani berfikir di luar kotak, berani memutus rantai ketakutan dalam keluarga, dan yang paling penting dari sedikit perjalanan hidup saya ini adalah bisa menjalankan wejangan wanita yang telah melahirkan saya,”Hidup itu bagaimana kita berani menghadapi resiko”.
klebengan, akhir tahun, 30 des 2010
aku, kang Mishbah
rela,,,,,,,,
Tak ubah berbunga lara,
rendahnya pandanganmu
padaku yg amat memerlukan
kegersangan sekeping hati,
mengharap setetes embun
agar basah rindu ini
aku yg terdiam, sejak mula lagi
puas ku merintih, puas ku berduka
ku hanya mampu berserah
beserta doa dan harapan
ubahlah haluan hidup ini,,,,
demi cinta yg menyala,
ku rela menggenggam bara api
demi kasih yg mengharu, sunggh aku rela
biarpun pada pandangan,
seperti bunga yg layu terbuang
namun kau pasti tau,
semua karena aku masih lagi setia padamu
biarku menangis seumpama pengemis
Langganan:
Postingan (Atom)