Selasa, 13 Juli 2010

Negara tanpa koma


Sebenarnya sederhana, asal tidak diberi tanda baca negara koma lebih berasa untuk dicerna. Sebuah peradaban yang memang menjadi warisan dari pencipta alfabet, sulit juga mengejanya. Sebuah koma (saja) bisa menghentikan keterfokusan pembaca dalam ini negara, tak penat para penikmat aksara melafadz berulang sekedar untuk menelaah maknanya. Sulit dan memang sulit tanpa dasar yg mem-barengi.

Berbicara masalah koma, kita dekat sekali dengan tanda jeda. Sebuah penghenti lafadz untuk (mungkin) melanjutkan lafadz berikutnya. Kalau di analogikan dalam kitab suci (agama saya), koma mungkin sebuah tanda kecil yang membantu kita untuk menghela nafas dan kemudian kembali melantunkan makhraj-makhraj nya setelah mampu.

Tidak beda dalam negara koma ini, semua juga di jeda, dan pembacaan dengan titik terkadang menjadi tabu. Dalam perspektif yang lain, tapi hampir serupa, titik menjadi penutup kata dan ternyata sama-sama berfungsi untuk menyela. Sebuah pesan tanya dari pembaca, akankah koma dan titik ber-reinkarnasi menjadi tanda wasilah yang bertugas melanjutkan sebuah penjelasan??? tentunya "akan" ketika negara koma berubah menjadi TANPA.

14 Juli 2010
dalam negara koma, aku, pembaca yg setia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar